LAPORAN
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA
ANALISIS
JUMLAH KARBON PADA BIOMASSA LAMUN
Disusun
Oleh:
Mulstory
Wander Simarmata
E1I016033
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2019
Tujuan
· Mengetahui metode pengukuran biomassa lamun
· Menganalisis jumlah karbon pada tumbuhan lamun Enhalus acoroides
dan Thalassia hemprichii di Kahyapu, Pulau
Enggano.
METODOLOGI
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan
didua lokasi yaitu pada saat pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 30 April 2018 di perairan desa kahyapu Pulau
Enggano,Bengkulu Utara, dan Identifikasi jumlah karbon dilaksanakan pada tanggal 17 mei 2018 di Laboratorium Prodi Ilmu kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan dalam
praktikum kali ini digunakan sebagai sarana pendukung yang digunakan selama
praktikum mulai dari pengambilan sampel sampai tahap analisis data.Adapun alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum
disajikan pada Tabel.1
|
Tabel.1 Alat dan Bahan |
Prosedur
Kerja
1. Melakukan
pengambilan sampel lamun pada satu stasiun dengan menggunakan transek kuadrat
1x1 meter kemudian mengambil sampel lamun yang terdapat pada transek dan
memasukkan kedalam plastik sampel. Mencuci sampel lamun dan merendam sampel
lamun yang didapatkan dengan cairan cuka dan mengeringkan lamun.
2. Melakukan pengukuran
jumlah karbon lamun dengan mencuci terlebih dahulu lamun dan menimbang lamun
pada saat basah pada timbangan digital. Mengeringkan lamun dengan masukkan lamun
kedalam oven dengan suhu 60 derajat dalam waktu 10 jam.
Analisis Data
Perhitungan
biomassa dilakukan berdasarkan jumlah padatan yang terdapat pada transek
tersebut dengan menggunakan rumus:
B=W/A
dimana:
B =
Biomassa (gr/m2)
W = Total berat
kering(gram)
A = Luas plot(m2)
Sedangkan
menurut Duarte (1990) Rumus yang digunakan untuk menghitung biomassa ditunjukkan
oleh persamaan:
B
= W x D
Keterangan: B = Biomassa lamun (gram.m- 2)
W = Berat kering sebuah tunas lamun (gr tunas-1)
D = Kepadatan lamun
(tunas.m- 2)
Prosedur
pengukuran biomassa lamun dilakukan dengan cara pemanenan (Destructive
sampling) secara in situ, dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan
termasuk akarnya, mengeringkannya dan menimbang berat biomassanya. Menurut
Mellor (1991) dalam Sarah et al., (2015) rumus perhitungan biomassa melalui
berat kering adalah sebagai berikut:
B=W.A
Keterangan :
B = Biomassa (g/m2)
W = Berat kering lamun (Pengeringan dengan suhu 60oC selama 48 jam)
A = Tutupan persatuan
luas (m2)
Perhitungan
kandungan karbon dilakukan berdasarkan nilai biomassa yang diperoleh dengan
menggunakan rumus:
C=Bx0,5
dimana: C = karbon (grC/m2)
B = Biomassa lamun
Perhitungan
nilai kandungan karbon lamun perjaringan (daun, rhizome, dan akar) dianalisis
dengan menggunakan metode Walkley dan Black (Schumacher, 2002 dalam Kiswara,
2010; Sulaeman et al, 2005 dalam Graha 2015).
Menurut Nasdwiana
(2016) Penting dilakukan Pengukuran konsentrasi karbon pada lamun terutama untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi karbon dengan laju pertumbuhan lamun itu
sendiri dan juga sebaliknya.
Pada praktikum
kali ini dilakukan perhitungan biomassa dan kandungan karbon pada seluruh
bagian lamun Enhalus acoroides dan
lamun Thalassia hemprichii mulai dari
daun, rhizoma
dan akar lamun tanpa ada pemisahan pada bagian lamun.Dari hasil identifikasi
yang dilakukan terhadap lamun Enhalus
acoroides dan lamun Thalassia
hemprichii menunjukkan nilai biomassa lamun Enhalus acoroides yaitu 15,20
gram/m2 dimana hasil ini diperoleh dari pembagian antara berat lamun daat
kering/luas plot yaitu 15,20 : 1 yang hasilnya tetap yaitu 15,20 gram/m2 dan
nilai biomassa lamun Thalasia hemprichii yaitu sebesar 0,46 gram/m2 diperoleh
dari 0,40 : 1 yang hasilnya tetap yaitu 0,46 gram/m2. Dimana nilai biomassa
ini adalah nilai biomassa dari seluruh bagian lamun mulai dari daun, rhizoma dan akar lamun.
Sedangkan
menurut Retno Hartati (2016) pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa Perhitungan
kerapatan lamun berhubungan dengan perhitungan biomassa lamun yang digunakan untuk
memprediksi hasil karbon pada semua titik sampling kepadatan.
Dari
biomassa yang diperoleh kemudian didapatkan jumlah karbon pada lamun Enhalus acoroides sebesar 7,6 grC/m2 Dan
jumlah karbon pada lamun Thalasia
hemprichii sebesar 0,23 grC/m2. Sedangkan Graha (2015) menyatakan bahwa
variasi kandungan karbon lamun dipengaruhi oleh perbedaan biomassa antar jenis
ataupun antar jaringan. Semakin tinggi kandungan biomassa pada lamun maka nilai
kandungan karbon pada jaringan lamun juga semakin meningkat, yang artinya
kandungan karbon berbanding lurus dengan kandungan biomassa pada lamun.Sesuai
dengan pernyatan sebelumnya, maka hasil yang didapat dari penelitian ini
berbanding lurus pada nilai biomassa yang ada pada jaringan lamun. Total
kandungan karbon berkisar antara 2,73 – 301,80 gC/m2.
Menurut
Alfian Zulfikar (2016) pada penelitian di Di Pulau Kemujan Taman Nasional
Karimunjawa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kandungan
karbon perbagian terendah terdapat pada bagian akar yaitu berkisar antara 0,475
– 27,147 gC/m2, sedangkan urutan kedua nilai kandungan karbon terdapat pada bagian
daun yaitu berkisar antara 4,374 – 30,346 gC/m2 dan nilai kandungan karbon
perbagian tertinggi berasal dari bagian rhizome yaitu berkisar antara 12,498 –
55,967 gC/m2. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian dari Kiswara (2010) di
Pulau Pari Teluk Jakarta dimana hasil kandungan karbon tertinggi terdapat pada
bagian rhizome lamun Enhalus acoroides tetapi nilai kandungan karbon jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu berkisar antara 12,42 –
284,91 gC/m2.
Faktor
lingkungan dan proses fisiologis akan berdampak pada penyerapan karbon juga
laju respirasi pada lamun (Graha, 2015). Bahan organik juga berpengaruh sebagai
faktor penyerapan karbon dibawah substrat. Seperti yang dikemukakan oleh
Yunitha (2015) bahwa penyerapan karbon organik dipengaruhi oleh besaran butiran
substrat, karena butiran substrat yang lebih besar menurunkan kemampuan
substrat tersebut menyerap karbon organik.
PENUTUP
Kesimpulan
Metode
yang menjadi Prosedur pengukuran biomassa lamun dilakukan dengan cara pemanenan
(Destructive sampling) secara in situ, dilaksanakan dengan mengambil
seluruh bagian tumbuhan lamun termasuk akarnya, mengeringkannya dan menimbang
berat biomassa lamun tersebut dan kemudian
jumlah karbon dianalisis dengan menggunakan nilai biomassa yang diperoleh untuk
menentukan jumlah kandungan karbon pada lamun Enhalus acoroides dan Thalassia
hemprichi. Dihasilkan
jumlah kandungan karbon pada lamun Enhalus
acoroides sebesar 0,23 grC/m2 dan pada lamun Thalassia hemprichii sebesar 7,6 grC/m2.
Saran
Untuk
kegiatan praktikum, praktikan diharapkan lebih disiplin dan tepat waktu dalam
melakukan kegiatan praktilkum dan praktikan diharapkan mendengarkan arahan dan perintah
dari Co ass maupun dari dosen pengampuh matakuliah. Laporan ini masih banyak
kekurangan, mohon dikoreksi dan diberi masukan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian
Zulfikar . 2016. Distribusi Dan Kandungan Karbon Pada Lamun (Enhalus Acoroides) Di Pulau Kemujan Taman
Nasional Karimunjawa Berdasarkan Citra Satelit. Diponegoro Journal Of Maquares.5(4):165-172.
Graha,
Y.I. 2015. Simpanan Karbon Padang Lamun di Kawasan Pantai Sanur, Kota Denpasar.
[Thesis]. Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali.
Retno
Hartati .2016. Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon pada Ekosistem Padang
Lamun di Pulau Menjangan Kecil dan Pulau Sintok, Kepulauan Karimunjawa. Buletin Oseanografi Marina.6(1):74–81.
Yunitha,
Alpinina. 2015. Kandungan C-Organik pada Lamun Berdasarkan Habitat dan Jenis
Lamun di Pesisir Desa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. [Thesis].
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.