Biologi Perikanan
A. Umur Ikan
Dalam
Biologi Perikanan pengetahuan mengenai komposisi umur dalam populasi atau
komunitas ikan suatu perairan memegang peranan penting, terutama kalau
dihubungkan dengan produksi akan dapat terlihat erat kaitannya dengan
pengelolaan ikan sebagai sumberdaya dari suatu perairan. Ikan dalam suatu
perairan sebagai suatu populasi atau anggota komunitas bukan terdiri dari satu
kelompok umur.
Keadaan jumlah ikan dari tiap
kelas dalam komposisi populasi yang ada dalam perairan pada suatu saat tertentu
bergantung kepada rekruitmen yang terjadi tiap tahun dan jumlah ikan yang
hilang dari perairan itu disebabkan karena diambil oleh manusia atau
dieksploitasi atau karena ikan itu mati secara alami. Fluktuasi besarnya jumlah ikan dari tiap kelompok umur
yang membentuk populasi itu dapat memberikan sejarah daur hidup ikan dari
masing- masing kelompoknya atau cohort.
Dengan mengetahui umur ikan dan
komposisi jumlahnya yang ada dan berhasil hidup, kita dapat mengetahui
keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan pada tahun tertentu, misalnya
akibat musim panas yang berkepanjangan, termasuk eksploitasi yang berlebihan
atau tidak pada tahun- tahun tertentu. Keadaan demikian dapat dilacak melalui
penelusuran komposisi atau struktur umur dengan anggotanya pada saat tertentu,
dan dapat pula dipakai memprediksi produksi perikanan pada saat mendatang.
Berbeda dengan kebanyakan
golongan vertebrata lain seperti burung, dan mamalia, sebagian besar ikan
mempunyai kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidup bilamana kondisi dan
makanan cukup tersedia dengan baik walaupun pada umur tua pertumbuhan ikan
hanya sedikit saja. Dengan kata lain ikan tidak mempunyai limit tertentu untuk
membatasi pertumbuhan (underminate growth), tidak seperti burung dan mamalia akan
berhenti tumbuh pada waktu mencapai dewasa yaitu kematangan sexual (determinate
growth).
Ikan berumur panjang ada
kecenderungan mempunyai tanda- tanda umum sebagai berikut : secara phylogenetis
termasuk kedalam golongan ikan primitive, pergerakannya lamban, sebagai penghuni
dasar atau perairan dangkal, mempunyai alat pernafasan tambahan,luwes terhadap
perubahan ekstrim zat asam, suhu dan salinitas.
Penentuan
Umur Ikan
Penentuan umur dapat dibagi ke
dalam 2 metode:
1. Metode langsung
(direct) ] sisik, otolith, operculum, tulang belakang.
Penentuan umur ikan dengan
menggunakan metoda sisik berdasarkan kepada tiga hal. Pertama, bahwa jumlah
sisk ikan tidah berubah dan tetap identitasnya selama hidup. Kedua, pertumbuhan
tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertambahan panjang ikan selama
hidupnya. Ketiga, hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahun.
Dari bermacam- macam sisik yang
ada hanya sisik cyloid dan ctenoid yang dapat digunakan untuk menentukan umur
ikan. Seiring dengan pertumbuhan ikan, tumbuhlah lingkaran- lingkaran pada
sisik yang dinamakan circulus (jamaknya circuli).
Bagian tubuh lain yang dapat
dipakai untuk menentukan umur ikan adalah tulang operculum (bagian tutup insang),
batu telinga (otolith), vertebrae (tulang punggung) dan jari- jari keras sirip
punggung. Bagian- bagian tubuh ini dipakai terutama untuk ikan yang tidak
mempunyai sisik seperti golongan ikan lele, baung dan sebagainya. Pada waktu
terjadinya kelambatan pertumbuhan, misalnya karena musim dingin, kekurangan
makanan atau factor lain, maka selain pada sisik tanda kelambatan pertumbuhan
pula pada bagian tubuh tersebut diatas.
Cara-
cara penentuan umur tersebut diatas akan baik untuk ikan di daerah bermusin
empat, dimana dalam musim dingin terjadi perlambatan pertumbuhan. Di daerah
tropic seperti Indonesia perbedaan suhu antara musim hujan dengan musim kemarau
umumnya tidak begitu nyata sehingga tidak menyebabkan perbedaan nyata dalam
pertumbuhan. Dengan demikian penentuan umur berdasarkan kepada tanda tahunan
seperti diatas tidak dapat dilaksanakan.
Studi mengenai pengukuran atau penentuan usia
ikan yang terpercaya adalah dengan metode otolith.
Penggunaan otolith sebagai salah satu teknik untuk
menduga umur ikan sudah digunakan sejak tahun 1899
dengan melihat lingkaran otolith tahunan (Campana
1985; Effendie, 1997). Tahapan pengukuran umur ikan
ini menjadi aspek yang penting karena mempunyai
keterkaitan dengan pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan (Habibie, 2004).
 |
Contoh Morfometrik Otolith (Wujdi, A. et al. 2015) |
Otolith ditemukan pada semua jenis ikan
kecuali hiu, pari dan lamprey (Campana, 2004). Otolith
tersusun dari kalsium karbonat (CaCo3) sebagai komponen
utama, dimana pada umumnya berbentuk aragonite dan
deposit garam yang tersusun sebagai materi protein
anorganik (Cabello et al., 2014; Sadighzadeh et al., 2014;
Valinassab et al., 2012). Otolith menyajikan perekaman
secara permanen terhadap sejarah hidup (life history)
setiap individu ikan secara terus menerus (ICES, 2004)
dan akan tetap tumbuh sepanjang hidup walaupun dalam
kondisi stress (Mendoza, 2006)
2. Metode sLength Frequency Distribution (Distribusi Frekuensi Panjang).
Data umur yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi.
Analisis hubungan panjang dan bobot merupakan
aspek penting dalam mempelajari biologi ikan,
fisiologi, ekologi, dan merupakan dasar yang
digunakan untuk mengetahui informasi tentang faktor
kondisi ikan serta mendeterminasi sifat pertumbuhan
ikan apakah isometrik atau alometrik (Ricker 1975;
Oscoz et al., 2005). Hubungan panjang dan bobot
juga dapat digunakan untuk mendeterminasi bobot
dan biomassa jika hanya ukuran panjang yang
diperoleh sebagai indikasi perbandingan parameter
pertumbuhan dari daerah yang berbeda.
 |
Morfometrik ikan untuk mengetahui frekuensi panjang
|
Menurut
Merta (1993) analisis hubungan panjang dan bobot
dimaksudkan untuk mengukur variasi bobot harapan
untuk panjang tertentu dari ikan secara individual atau
kelompok-kelompok individu sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan
gonad, dan sebagainya. Everhart & Youngs (1981),
mengatakan kegunaan lain dari analisis hubungan
panjang dan bobot yaitu dapat digunakan untuk
melakukan estimasi faktor kondisi atau sering disebut
dengan index of plumpness, yang merupakan salah
satu derivat penting dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan
relatif populasi ikan atau individu tertentu.
Hubungan Panjang dan Bobot Hubungan panjang dan bobot ikan
dianalisis dengan model persamaan Hile (1936) dalam Effendie (2002) sebagai
berikut:
W = aLb
di mana: W = bobot ikan (kg)
L = panjang ikan (cm)
a dan b = konstanta
Dari persamaan tersebut dapat diketahui pola pertumbuhan
panjang dan bobot ikan. Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menentukan pola
pertumbuhan dengan kriteria:
1. Jika b=3, pertumbuhan bersifat isometrik, yaitu
pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan bobot.
2. Jika b>3 maka pola pertumbuhan bersifat allometrik
positif, yaitu pertambahan bobot lebih cepat dari pertambahan panjang.
3. Jika b<3 maka pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif,
yaitu pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot.
Referensi:
Efendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hlm.
Effendie,
I. M. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor.
Everhart, W. H. & W. D. Youngs. 1981. Principles of
Fishery Science. 2 nd Edition. Comstock Publishing Associates, a Division of
Cornell University Press. Ithaca and London. 349 pp.
Habibie, S.A. 2014. Penggunaan Otolith untuk Penentuan Umur dan Laju Pertumbuhan Ikan Red Devil (Amphilophus labiatus) di Waduk Sermo. [Skripsi]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Merta, I. G. S. 1993. Hubungan panjang dan bobot dan faktor
kondisi ikan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker, l853 dari perairan Selat Bali.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 73: 35-44.
Oscoz, J., F. Campos, & M. C. Escala. 2005. Weight and
length relationships of some fish species of the Iberian Peninsula. Journal of
Applied Ichthyology. 21: 73-74.
Ricker, W. E. 1975. Computation and interpretation of
biological statistics of fish populations. Fish. Res. Bd. Can. Bull. 191: 382
pp.