Karang Batu Dan Spons laut
I. Pendahuluan
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang
paling komplek dan mempunyai produktivitas paling tinggi diperairan. Eekosistem
ini dibentuk oleh biota biota yang mampu menghasilkan zat kapur, yang paling
utama adalah karang batu (Scleractinia), dan biota biota lainnya yang berasosiasi,
salah satu diantaranya adalah spons (Porifera), gorgonian dan karang lunak.
Kedua jenis biota tersebut mempunyai peranan dan fungsi masing masing dalam
membentuk ekosistem terumbu karang.
A.
Karang Batu (Scleractinia).
· Struktur
Karang merupakan binatang yang menyerupai anemon
dan mampu menghasilkan skeleton (Veron, 2000). Bentuknya sederhana yaitu
mempunyai satu lubang yang berfungsi sebagai mulut dan anus. Lubang tersebut
dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai penangkap makanan. Makanan
masuk melalui mulut kemudian dilanjutkan ketenggorokan dan akhirnya akan
dicerna didalam rongga mesentrium. Untuk tegaknya jaringan, polip didukung oleh
kerangka kapur sebagai penyangga (Suharsono, 2008). Tabung tabung merupakan
dinding koralit dan lempeng pempengnya disebut sebagai septo-costae. Tabung
tabung tersebut terkoneksi satu sama lain oleh lempeng lempeng horizontal dan
struktur yang lain, secara kolektif keduanya disebut coenosteum.
Dinding polip karang terdiri dari tiga lapisan
yaitu ektodermis, mesoglea dan emdodermis. ektoderma
merupakan jaringan terluar yang terdiri dari berbagai jenis sel yang antara
lainsel mucus dan sel nematocyts. Endoderma merupakan jaringan yang berada
dilapisan terdalam yang sebagian besar selnya berisi zooxanthela yang merupakan
simbion karang. Mesoglea merupakan jaringan yang ditengah diantara ekderma dan
endoderma yang berupa lapisan seperti jelly. Dilapisan jelly terdapat fibril
fibril sedangkan dilapisan luar terdapat sel sel otot (Suharsono, 2008).
·
Reproduksi
Karang bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual.
Kolono koloni tumbuh dengan dua tipe pembelahan aseksual dari polip, yaitu dari
satu koralit kemudian membelah menjadi dua (intratentakuler)
maupun koralit baru muncul diluar dari koralit dewasa (Extratentakuler). Bentuk lain dari reproduksi secara aseksual yaitu
polip karang yang stres meninggalkan kerangka kapur yang ditempatinya untuk
pindah ketempat lain dengan melayang mengikuti arus kemudian menempel pada
substrat dan berkembang menjadi koloni baru.
Untuk reproduksi secara seksual karang mempunyai beberapa
variasi. Fertilisasi dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Hasil dari
kedua fertilisasi tersebut adalah larva (planulae) yang bersilia dan mempunyai
kemampuan bertahan hidup hingga beberapa bulan sebelum akhirnya menempel
disubstrat untuk tumbuh menjadi individu baru (Colin dan Arneson, 1995).
B. Spons
a. Struktur organ spons (Miller and Harley, 2001)
·
Struktur.
Spons merupakan hewan
multiseluler yang paling primitif. Hal ini ditandai dari tidak dimilikinya
jaringan maupun organ. Beberapa fungsi sel sel tersebut diantaranya adalah
menyaring air untuk memperoleh makanan, membentuk skleleton dari kolagen dan
mineral dan untuk reproduksi (Cheng et
al., 2008). Bagian terluar spons terdiri atas sebuah lapisan tipis darin
sel sel pinacocyte, lapisan ini
disebut pinacodermis. Sedangkan sel
sel porocyte merupakan sel penyusun pori pori kecil (ostium) yang berbentuk
seperti tabung. Lapisan dalam merupakan substansi yang mirip jelly yang terbuat dari kolagen dan
diperkuat oleh serat serat fiber yang rapat. Lapisan mesohyl merupakan tempat
untuk pembentukan berbagai jenis sel. Sel lophocyte didalam mesophyl berfungsi
memproduksi serat serat kolagen. Sel ocytes memproduksi spikula yang akan
membentuk kerangka spons dan pada beberapa species memberikan pertahanan
melawan pemangsa. Sel sclerocytes memproduksi spikula yang akan membentuk
kerangka spons dan pada beberapa species memberikan pertahanan melawan
pemangsa. Sel archaeocyte merupakan sel yang menyerupai amoeba dan bersifat
totipoten atau mampu bertransformasi menjadi tipe tipe yang lain (Brusca,
1990).
Spons mempunyai sel sel
choanocyte yang berfungsi mengatur aliran air yang termasuk kedalam tubuh spons
yaitu melalui flagella yang memiliki banyak mikrovilar. Jutaan flagella ini
bergerak mencambuk air dari luar tubuh spons masuk kedalam. Ketika air bergerak
kedalam, mikrovilar bekerja menyaring
dan mengambil makanan. Sistem aliran air yang sederhana ini juga berfungsi
dalam pertukaran gas, pembuangan sisa metabolisme serta pelepasan sel sperma
dan larva (Cheng et al., 2008).
·
Sistem aliran air
Dalam tubuh spons air masuk mellui ostium dan akan dipompa ke
luar tubuh spons melalui oskulum. Hal ini akan berlangsung terus menerus, namun
adakalanya spons menghentikan aliran air yang masuk pada beberapa bagian
tubuhnya. Hal ini untuk menghindari partikel partikel maupun senyawa berbahaya
masuk kedalam tubuh spons (Levi et al, 1998).
Spons mampu menyaring air 10 kali volume tubuhnya untuk tiap jam (Hooper,
2000).
Ada tiga macam bentuk struktur tbuh spons yaitu asconoid,
syconoid dan leuconoid. Struktur asconoid adalah bentuk yang paling sederhana,
sangat tipis tanpa lipatan tubuh dan dimiliki oleh kelas calcare. Struktur
syconoid mempunyai lipatan pada kedua sisi eksterior dan interior sehingga
terbentuk choanocyte chamber yang letaknya berdekatan dengan pinacoderm.
Leuconoid merupakan struktur yang kompleks. Struktur ini mempunyai banyak celah
celah kecil yang menuju maupun keluar choanocyte chamber yang berbentuk oval
(Mather dan Bennet, 1994).
·
Reproduksi
Spons mampu melakukan
perkembangbiakan baik secara seksual dan aseksual. Spons umumnya bersifat
hermaprodit. Sel sperma dikeluarkan keperairan melalui oskulum, kemudian sel
sperma ditangkap dari species yang sama melalui ostium sebelum akhirnya masuk
ke mesohyl untuk melebur bersama sel telur. Embrio yang dihasilkan akan
dilepaskan atau ditahan dilapisan mesohyl untuk berkembang. Embrio yang
dilepaskan adalah larva yang motile kemudian larva akan menempel langsung pada
substrat atau berenang untuk beberapa jam atau hari sebelum akhirnya menempel
pada substrat yang sesuai. Reproduksi secara
aseksual menitik beratkan pada kemampuan dari fragment untuk tumbuh dan
berkembang menjadi individu baru (Brusca, 1990).
·
Sistematika
Spons
dibagi menjadi empat kelas berdasarkan komposisi kimia dan kerangka mineralnya.
Kelas Calcarea mempunyai spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dan
tersusun sebagai calcite. Kelas hexatinellida atau disebut spons gelas
mempunyai spikula silikat dan pada umumnya mempunyai enam percabangan, tidak
mempunyai serat serat spongin dalam kerangkanya. Kelas Demospongia spikula
tersusun dari komponen silikat dan mempunyai jaringan kolagen (spongen) yang menyusun kerangkanya.
Kelas Homoscleromorpha mempunyai komponen skeleton yang tersusun atas spikula
silikat dan spikulanya hanya terbatas pada bentuk monaxonic dan tertraxonic
(Brusca 1990 dan van soest et al.,
2013).
ADS HERE !!!