Penyakit
karang
Didefinisikan
sebagai semua perusakan dari suatu sistem atau fungsi penting dari organisme,
mencakup gangguan (interruption), perhentian (cessation), perkembangbiakan
(proliferation), atau kegagalan lain (other malfunction). Penyakit karang
(coral disease) tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme, namun masih banyak
penyebab lainnya. Berdasarkan penyebabnya, penyakit karang dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu infeksius dan non-infeksius. Infeksius dibedakan menjadi 2,
yaitu mikro dan makro, sedangkan non-infeksius dapat berupa mutasi genetic,
kekurangan nutrisi, meningkatnya suhu air, laut, radiasi ultraviolet,
sedimentasi, dan polutan (SANTAVY & PETERS, 1997).
Hingga
saat ini, telah ditemukan sekitar 30 penyakit yang menyerang karang. Namun
demikian, masih sedikit yang diketahui penyebab dan efek dari penyakit-penyakit
karang yang disebabkan oleh bakteri, jamur, alga, dan cacing (worm).
Berikut
ini adalah penyakit karang yang banyak dijumpai dan masih terus dilakukan
pengamatan, antara lain :
1. Pemutihan Karang ( Bleaching )
Bleaching terjadi akibat berbagai macam tekanan, baik secara alami
maupun karena anthropogenik yang menyababkan degenerasi atau hilangnya
zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Secara umum, pengertian bleaching
adalah terpisahnya alga yang bersimbiosis ( zooxanthellae ) dari induk
karang.
 |
Coral Bleaching
|
Lebih
lanjut JONES et al. (1998) mengatakan bahwa bleaching adalah gangguan dalam
proses fotosintesis zooxanthellae pada reaksi fotosistem II (PSII) dan non –
photochemical quenching (NPQ) yang berkaitan denga mekanisme foto protektif
sebagai indikator tekanan panas. Bleaching umumnya dapat disebabkan oleh karena
adanya gangguan terhadap lingkungan dan organisme zooxanthellae. Bleaching
sebagai adaptasi pathological, menyediakan kesempatan bagi kembalinya alga yang
lebih baru pada karang. Secara umum, dalam pertumbuhannya karang mengandung
sekitar 1-5 x 106 zooxanthellae cm2. Ketika karang mengalami bleaching, umumnya
kehilangan 60-90% dari zooxanthellaenya dan tiap zooxanthellae mungkin
kehilangan 50-80% dari pigmen fotosintesis (GLYNN, 1993). Kondisi bleaching
atau hilangnya warna dari tubuh karang dapat terjadi sebagai akibat dari
kondisi lingkungan dan akan menyebabkan karang stress.
Faktor – faktor yang memberikan kontribusi
terjadinya bleaching adalah adanya perubahan temperatur yang ekstrim, metals,
polutan lain (nitrat), arus perairan yang kecilm, intensitas cahaya, serta
salinitas. Selain itu, bleaching dapat disebabkan karena sisa metabolisme yang
berasal dari karang ( nitrogen dan pospat ) hanya dalam jumlah yang sedikit,
sehingga kkodisi ini akan berpengaruh terhadap produk fotosintesis. Bila
peristiwa ini terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan menurunnya
kepadatan sel alga. Penampilan yang pucat dari karang scleractinian dan
hydrocorals, sangat berkaitan denganrangka cnidarian yang sangat mengandung zat
kapur yang terlihat dari luar jaringan yang tembus cahaya ( hampir tanpa
pigmentasi zooxanthellae ).
Temperatur yang tinggi akan menyebabkan adanya gangguan sistem
enzim di dalam zooxanthellae, sehingga pada akhirnya akan menurunkan katahanan
untuk mengatasi oksigen toxicas. Fotosintesis dalam zooxanthellae akan menurun
pada temperatur di atas 30oC dan dampaknya dapat mengaktifkan pemisahan karang
/ alga simbiosjs. Batas tertinggi suhu maksimal adalah 30-34oC dengan kemampuan
toleransi suhu tertinggi 2oC. ( JOKIEL & COLES, 1990 ).
2. Black-band disease
 |
Penyakit Black Band Disease |
Pada
awal 1970, Arnfried Antonius melaporkan kejadian suatu band bermaterial hitam
lembut yang keluar ke permukaan dari beberapa jenis karang massif pada terumbu
karang di Carribean Barat. Band adalah suatu tanda berupa garis yang terdapat
pada koloni karang dimana warna tersebut mencirikan jenis penyakit pada suatu
jenis karang. Penyakit ini ditandai dengan suatu lembaran/bercak hitam yang
luasnya sekitar 0,25 – 2 inci pada permukaan jaringan karang. Penyakit ini
bergerak melewati permukaan rangka karang dengan kecepatan sekitar 3mm – 1cm
perhari dan kemudian meninggalkan rangka karang berwarna putih kosong. BBD juga
dicirikan oleh suatu cincin gelap, yang memisahkan antara jaringan karang yang
masih sehat dengan rangka karang. Penyakit ini disebut juga Black Band Ring.
3. Dark spots disease
 |
Penyakit Dark Spot Disease |
Dark spots disease dalam jaringan karang masif telah
banyak dikenal, tetapi belum banyak yang dipelajari. Penyakit bintik hitam
muncul sebagai pigmen gelap, warna coklat atau warna ungu yang menyerang pada
karang sclerectanian. Jaringan karang yang tertinggal tetap terlihat utuh,
walaupun terkadang mengakibatkan kematian jaringan karang dalam pusat bintik.
Warna ungu gelap kecoklatan atau kelabu dari jaringan tersebut sering melingkar
pada permukaan, tapi kadang-kadang dijumpai juga bentuk yang tidak beeraturan
pada permukaan koloni (bercak warna ungu terang terlihat pada permukaan
koloni). Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun diduga
disebabkan oleh adanya akumulasi sedimen pada suatu bintik hitam.
4. Red-band disease
 |
Penyakit Red Band Disease
|
Penyakit ini menyerupai Black-band disease (BBD). (SANTAVY
& PETERS, 1997) melaporkan bahwa suatu “band coklat” telah menginfeksi
karang di Great Barrier Reef. RBD adalh suatu lapisan microbial yang berwarna
merah bata atau coklat gelap, dan warna tersebut mudah dilihat pada permukaan
jaringan karang. Penyakit ini mendinfeksi karang otak (Diploria strigosa, Montastrea
annularis, Montastrea cavernosa, Porites astreoides, Siderastrea sp. dan
Colpophyllia natans) di Great Barrier Reef. Band nampak seperti gabungan dari
cyanobacteria dan jasad renik yang berbeda dibanding dengan biota yang
ditemukan pada BBD. Selain itu, pergerakan microbial ini berbeda, yakni
tergantung pada induk karang (RICHARDSON, 1992). RBD yang ditemukan di perairan
Carribean barat Amerika, sedangkan “Brown Band” ditemukan di Great Barrier
Reef. Penyakit RBD dan BBD menunjukkan gejala yang sama, yaitu hilangnya
jaringan karang. Penyakit ini disebabkan karena rangka karang tercemar oleh
alga berfilamen dan adanya akumulasi sedimen, yang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan karaang baru.
5. White-band disease
 |
Penyakit White Band Disease
|
White-band disease (WBD) pertama kali ditemukan
pada tahun 1977 di Teluk Tague, St. Croix, Kepulauan Virgin, Amerika dan
umumnya terjadi pada jenis karang yang bercabang. Hilangnya jaringan tersebut
akan menyebabkan suatu garis pada koloni karang, oleh karena itu penyakit ini
disebut white-band disease atau WBD (GREEN & BRUCKNER, 2000). Berbeda
dengan kasus BBD, pada penyakit ini tidak ditemukan adanya kumpulan jasad renik
yang konsisten yang menyebabkan terjadinya penegulapasan pada jaringan dan
rangka karang yang kosong. Pada bagian jaringan Acropora cervicornis, hanya
hilang pada pertengahan suatu cabang.
Tingkat jaringan karang yang hilang sebesar
1/8 – ¼ inci/hari, dan rangka karang yang kosong segera akan diganti dengan
alga berfilamen. Band rangka yang berwarna kosong yang terlihat, lebarnya dapat
mencapai antara 5-10 cm (GLADFELTER, 1991). Jaringan karang yang tersisa pada
cabang tidak menunjukkan adanya pemutihan, walaupun koloni yang terpengaruh
secara keseluruhan erlihat adanya goresan warna. Penyebab terjadinya WBD masih
belum banyak diketahui, namun sudah ditemukan adanya kumpulan bakteri pada
jaringan karang yang mampu meluas dari satu koloni ke koloni lainnya. Pada saat
ini, para peneliti masih belum mampu mengidentifikasi peranan mikroorganisme
yang ada pada jaringan karang yang terkena penyakit tersebut (RICHARDSON,
1998).
6. White plague
 |
Penyakit White Plague
|
Penyakit White plague (WP) terlihat mirip
dengan WBD, tetapi WP menyerang karang yang berbeda. Karang jenis massive dan
encrusting yang diamati terlihat adanya jaringan karang yang hilang,
meninggalkan rangka karang yang berwarna putih kosong, wabah ini disebut wabah
putih atau WP. WP juga dikenal sebagai “whitw-band disease”, “white death” dan
“stress-related necrosis”, tetapi peran dari tekanan perubahan lingkungan dan
infeksi bakteri pathogen terhadap hilangnya jaringan belum dilakukan
penelitian.
7. White pox
Penyakit ini ditemukan oleh Craig Quirolo dan
Jim Porter di barat Florida pada tahun 1996. Penyakit ini ditandai dengan
munculnya tambalan (bercak) pada rangka berwarna putih kosong yang berbentuk
irregular. Tambalan (bercak) dapat terjadi di permukaan atas atau bagian bawah
percabangan. Jaringan karang terlihat mengelupas, namun tidak rata, sedangkan
laju penghilangan jaringan karang terjadi sangat cepat. Jaringan karang pada
umumnya ditempeli alga berfilamen dalam beberapa hari. Peristiwa mengelupasnya
jaringan karang ini masih belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan
disebabkan oleh bakteri pathogen.
8. Yellow-blotch or yellow-band disease
 |
Penyakit Yellow Band Disease
|
Penyakit ini hanya mempengaruhi karang jenis Montastrea
dan Colpophyllia natans. YBD pertama kali ditemukan pada tahun 1994 (GREEN
& BRUCKNER, 2000) yang diawali dengan danya warna pucat, bintik sirkular
pada jaringan translusen atau sebagai band yang sempit pada jaringan karang
yang pucat di bagian pinggir koloni. Namun areal di sekitar koloni tersebut
masih normal dan pigmen jaringannya baik. Bagian dari jaringan karang yang
dipengaruhi oleh penyakit tersebut, akan keluar dari karang dan kemudian karang
akan mati. Jaringan karang yang hilang dari pengaruh YBD, rata-rata adalah 5-11
cm/tahun, lebih sedikit dari penyakit karang lainnya. meskipun demikian,
penyakit ini dapat menyebar pada koloni karang yang lain dan menyerang koloni
karang dewasa dan berukuran besar.